Monday 5 October 2015

Mengubah pola pikir



Kita perlu prihatin dengan rendahnya minat wirausaha di kalangan mahasiswa dan pemuda. Namun, kita tidak perlu menyalahkan siapa pun, yang jelas kesalahan ada pada kita  semua. Sekarang inilah kesempatan kita untuk mendorong para pelajar dan mahasiswa untuk mulai mengenali dan membuka usaha atau berwirausaha. Pola pikir dan lingkungan yang selalu berorientasi menjadi karyawan mulai sekarang kita putar balik menjadi berorientasi untuk mencari karyawan (pengusaha).
Untuk mengubah mental dan motivasi yang sudah demikian melekat tertanam di setaiap insan Indonesia bukanlah pekerjaan yang mudah. Lebih sulit lagi pada kalangan tidak mampu yang memang sejak kakek, ayahnya sudah menjadi pegawai. Akan tetapi, jika para mahasiswa mau mengubahnya dengan pola berpikir terbalik dari cita-cita awal , itu akan lebih mudah. Salah satu caranya adalah dengan mempelajari keuntungan dan kelebihan berwirausaha dibandingkan menjadi pegawai.
Untuk itu, perlu diciptakan suatu iklim yang dapat mengubah pola pikira baik mental maupun motivasi oranga tua, dosen, dan mahasiswa agar kelak anak-anak mereka dibiasakan untuk menciptakan lapangan pekerjaaan ketimbang mencari pekerjaan.  Perubahan ini tidak dapat dilakukan secara cepat, tetapi harus dilakukan secara bertahap. Pertama, misalnya dengan mendirikan sekolah yang berwawasan wirausaha (entrepreneur) atau paling tidak menerapkan mata kuliah kewirausahaan seperti yanga sekaranga ini sedang digalakkan di berbagai perguruan tinggi. Dengan demikian, hal itu sedikit banyak akan mengubah dan menciptakan pola pikir (mental dan motivasi) mahasiswa dan oranga tua.
Kedua, di dalam pendidikan kewirausahaan perlu ditekankan keberanian untuk memulai berwirausaha. Biasanya, kendala kita untuk memulai suatu usaha adalah adanya rasa takut akan rugi atau bangkrut. Namun, sebagian orang yang sudah memiliki jiwa wirausaha merasa bingung dari mana harus memulai suatu usaha.
Ketiga, tidak sedikit yang merasa bahwa berwirausaha sama dengan tidak memiliki masa depan yang pasti. Sementara itu, dengan bekerja di perusahaan, mereka yakin bahwa masa depan sudah pasti, apalagi pegawai negeri. Dengan berwirausaha, justru masa depan ada di tangan kita, bukan di tangan orang lain. Baik buruknya masa depan, kitalah yang menentukan sehingga motivasi untuk berkembang terbuka lebar.
Dorongan berbentuk motivasi yang kuat untuk maju dari pihak keluarga merupakan modal awal untuk menjadi wirausaha, dengan di dukung pihak keluarga mereka memilliki mental dan motivasi sebagai faktor pendorong utama. Keluarga dapat merangsang para mahasiswa dengan memberikan gambaran nyata betapa nikmatnya usaha sendiri (pengusaha). Yakinkan enaknya memiliki pegawai atau menjadi bos, memliki kebebasan memberi peintah bukan di perintah, meraih keuntungan yang tak terbatas, dan segudang daya rangsang lainna yang dapat menggugah jiwa para mahasiswa untuk berwirausaha.
Memang mengubah pola pikir seseorang untuk memulai suatu usaha bukan pekerjaan mudah. Banyak kendala yang menghadang, mulai dari mental takut rugi, motivasi, bakat, soal keluarga, dana, pengalaman sebelumnya, sampai kemampuan mengelola.  Namun, paling tidak mental yang dimiliki merupakan modal yang sangat besar untuk memulai suatu usaha.
Belajarlah dari saudara-saudara kita dari etnis thionghoa yang memiliki pola pikir yang berbeda dari etnis kebanyakan. Mereka sejak kecil sudah ditanamkan dan diajarkan pengetahuan dan praktik wirausaha. Tidak heeran jika kegiatan wirausaha mayoritas dikuasai mereka. Dalam penelitian, penulis sering bertanya kepada teman-teman pengusaha asal etnis tionghoa, mengapa meraka mau dan mampu berwirausaha. Salah satu jawabannya adalah karana mereka tidak ingin di perintah orang lain, sebagian yang lain karena pada saat itu sulit untuk menjadi pegawai negeri.
Virus yang menularkan anak bangsa untuk mengubah cita-cita dari pegawai atau karyawan menjadi mau dan mampu menciptakan lapangan kerja harus segera diralisasikan. Cita-cita yang ditanamkan orang tua kepada anak anak sejak kecil untuk menjadi pegawai sebaiknya di nomorduakan. Bukan berarti menjadi pegawai tidak baik, tetapi akanlebih baik jika menjadi pengusaha yang mampu memberikan peluang pekerjaan kepada masyarakat yang membutuhkan.

No comments :

Post a Comment